KERAJAAN MELAYU DAN SRIWIJAYA
1.
Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Tionghoa ditulis Ma-La-Yu (末羅瑜國)
merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan
keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan
kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad
ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan
diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung.
Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi
(Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang
memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol
perdagangan di Selat Melaka sebelum akhirnya terintegrasi dengan Kerajaan Sriwijaya
(Thai:Sevichai) pada tahun 682
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang
tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan
maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha
terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah
pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau
tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu
berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang
ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang
menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari)
kepada raja Melayu
Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya
yang dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya
merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu
terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya,
pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di
pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang
dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota
kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi
Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan
perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan
bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau
penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera
2.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di
nusantara. Kerajaan yang dikeal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil
menguasi pulau Sumatra, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan,
dan Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai
kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia-tenggara pada masa itu.
a.
Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Tidak banyak bukti sejarah yang menerangkan kapan berdirinya Kerajaan
Sriwijaya. Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M
terdapat seorang pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama
Budha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa
Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu
dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya, diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di
Palembang. Isi dari prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi
8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan
menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari
kedua bukti tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada
abad ke-7 dengan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.
b.
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berada pada abad 9-10 Masehi dimana
Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara.
Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang
mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan
kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India.
c.
Keruntuhan Sriwijaya
Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya:
1.
Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang
dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut
membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah
Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.
2.
Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat
beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan
Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah
jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa
bagian barat.
3.
Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor
ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan
daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.
4.
Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti
Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari
yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.
Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada
abad ke-13.
d.
Sumber-sumber Sejarah Kerajaan
Sriwijaya
Ada dua jenis sumber sejarah yang menggambarkan
keberadaan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Sumber berita asing dan prasasti.
1.
Sumber Berita Asing
a.
Berita dari Cina
Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di
India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama
enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian,
bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam
bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju
dalam bidang agama Buddha.
b.
Berita Arab
menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu
Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya
emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia
mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini
terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak
menghasilkan emas.
2.
Sumber Prasasti
Selain dari sumber berita asing, keberadaan Kerajaan
Sriwijaya juga tercatat pada prasasti-prasasti yang pernah ditinggalkan,
diantaranya:
a.
Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang.
Isinya: Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara,
kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan
itu Sriwijaya menjadi makmur.
b.
Prasasti Talang Tuo (606 S/684M) di sebelah barat
Palembang. Isinya tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang
Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
c.
Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
d.
Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi.
Keduanya berisi permohonan kepada Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan
Sriwijaya.
e.
Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di
Palembang. Isinya kutukan-kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan
melanggar perintah raja.
f.
Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya
Lampung Selatan telah diduduki oleh Sriwijaya.
g.
Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra.
Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta.
e.
Raja-raja Sriwijaya
Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya
pernah di pimpin oleh raja-raja di bawah ini, yaitu:
1.
Dapunta Hyang Sri Jayanasa
2.
Sri IndravarmanChe-li-to-le-pa-mo
3.
Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kong
4.
Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
5.
Dharanindra Sanggramadhananjaya
6.
Samaragrawira
7.
Samaratungga
9.
Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
10.
Hie-tche (Haji)
11.
Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
12.
Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
13.
Sumatrabhumi
14.
Sangramavijayottungga
15.
Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
16.
Rajendra II
17.
Rajendra III
18.
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
19.
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
20.
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra
Maulimali Warmadewa
f.
Kehidupan Sosial-Ekonomi dan
Kebudayaan
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan
antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan
urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai
perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka
mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim,
sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum,
perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan.
Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan, Kerajaan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana,
salah satu tokohnya ialah Dharmakirti. Para peziarah agama Buddha dalam
pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya
ialah I'tsing.
Semoga artikel tersebut di atas tentang Sejarah
Kerajaan Sriwijaya bisa bermanfaat bagi sobat sobat sekalian. Apa bila ada dari
sobat yang menemukan kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan, mohon
kiranya kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Terima kasih.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya
panjatkan kepada tuhan yang maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka kami telah menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul "Kerajaan Melayu dan Sriwijaya”. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang saya buat kurang tepat, dan
kritikan saran sangat penulis harabkan dari pihak manapun guna untuk pencapain
hasil yang lebih sempurna.
Dengan ini saya mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Aceh Besar, 11 September 2014
Penulis
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar